Eksplore Indonesia - Eksplore Boyolali - Wisata dan Budaya
Jangan Lupa Scroll Kebawah untuk artikel selanjutnya
Scrollkebawah merupakan situs Ekplorasi Wisata dan Budaya lokal IndonesiaAdventure is the best to learning
Makam Ki Ageng Pantaran adalah salah satu tempat yang dijadikan tempat wisata ziarah di Boyolali. Selain makam itu sendiri ada pula petilasan Ki Kebo Kanigoro dan petilasan Syeh Maulana Malik Ibrahim Maghribi. Menurut juru kunci makam, Ki Ageng Pantaran adalah salah seorang tokoh penyebar agama Islam yang hidup di zaman kerajaan Demak Bintoro. Jasa Ki Ageng Pantaran banyak dikenal masyarakat setempat, ketika berhasil mendirikan masjid di tempat itu. ”Masjid inilah yang disebut masjid Pantaran yang artinya seusia atau sepantaran dengan pembangunan masjid Demak Bintoro,” kata Sardjono. Konon, wilayah yang kemudian dinamakan Desa Pantaran itu semula kondisinya gersang. Tetapi kemudian menjadi makmur setelah Ki Ageng Pantaran bersama salah seorang pertapa berhasil menemukan mata air besar di perut gunung Merbabu. Mata air tersebut kini dikenal dengan nama Grojokan Sipendok. Airnya mengalir jernih melalui sungai yang membelah Desa Pantaran.
Berada di Pantaran Desa Candisari Kecamatan Ampel, yang berjarak tempuh dari kota 17 km. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan alam di kaki gunung Merbabu dan air terjun Si Pendok. Upacara atau tradisi ritual Bukak Luwur sudah menjadi tradisi setiap tahun yang berlangsung secara turun-temurun sejak nenek moyang, dilaksanakan pada hari Jumat pekan terakhir di bulan Sura. Sejak pagi hari warga sudah berbondong-bondong datang dengan sabar menanti rangkaian acara.
Eksplore Indonesia - Eksplore Boyolali - Wisata dan Budaya
Jangan Lupa Scroll Kebawah untuk artikel selanjutnya
Scrollkebawah merupakan situs Ekplorasi Wisata dan Budaya lokal IndonesiaAdventure is the best to learning
Bahkan ratusan warga telah datang ke makam yang berada disebelah barat Dukuh Pantaran itu, sejak malam sebelumnya. Mereka ada yang menginap di kompleks pemakaman Ki Ageng Pantaran tersebut. Mereka melakukan ziarah dan berdoa di makam Syeh Maulana Ibrahim Maghribi. Ngalap berkah, agar keinginannya kesampaian. Usai acara pun masih banyak warga yang berdatangan ke makam. Warga berdesakan masuk ke makam Syeh Maulana Ibrahim Maghribi untuk memanjatkan doa.
Tradisi Bukak Luwur ini dimulai pada hari Kamis sore dengan melakukan pembersihan makam, kemudian malam harinya diadakan tirakatan di lokasi Makam Syieh Maulana Maghribi. Pada pagi harinya (yang bertepatan dengan hari jumat terakhir bulan Asyuro) rangkaian acara akan diawali dengan kirab kain lurup makam, berikut sesaji lainnya dari rumah juru kunci makam yang diikuti oleh warga setempat dan orang-orang yang tergabung dalam Paguyuban PAKUSUBO Surakarta. Sedangkan warga di sekitar datang ke makam dengan membawa makanan dan lauk pauknya untuk kenduri di makam. Kemudian, acara penggantian lurup, tabur bunga, tahlil, kenduri dan doa serta diahkiri dengan tradisi Ngalap Berkah. Pada setiap acara ritual akhir bulan Sura tersebut, para pengunjung tidak hanya berasal dari wilayah Boyolali. Tetapi juga banyak yang berasal dari luar Boyolali, seperti Semarang, Grobogan, Yogja, Solo, Magelang, Jawa Timur, Jakarta, bahkan Sumatera. Hawa dingin di lereng gunung Merbabu itu tak menyurutkan warga untuk mengikuti ritual buka luwur di makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi atau Ki Ageng Pantaran.
Menurut kepercayaan masyarakat, kain lurup yang lama ini bisa memberi berkah dalam mencari rejeki. Hal ini seperti halnya acara ritual rebutan Apem di Jatinom, Klaten dan ritual rebutan Apem Keong Mas di Pengging, Banyudono. Masyarakat percaya jika mendapatkan apem akan mendapatkan barokah dan mudah dalam mencari rejeki, seperti halnya mendapatkan kain lurup Ki Ageng Pantaran.
Eksplore Indonesia - Eksplore Boyolali - Wisata dan Budaya
Jangan Lupa Scroll Kebawah untuk artikel selanjutnya
Scrollkebawah merupakan situs Ekplorasi Wisata dan Budaya lokal IndonesiaAdventure is the best to learning
0 Komentar untuk "Eksplore Boyolali - Mengenal budaya dan Sejarah"